Shige yang telah kembali ke gunung kembali merasa khawatir. Ia benar benar ragu apakah ia harus kembali atau tidak.
Shige kembali menatap ke arah kerajaan Chankapaana yang telah dipenuhi salju tebal. Yamapi menatap ke arah shige. Penuh harap agar shige kembali ke kerajaan dan menemui Takahisa.
"Kurasa kau harus kembali, shige" kata yamapi.
"Wajahmu menunjukkan bahwa kau sangat khawatir. Kusarankan kau untuk kembali menemui Massu"
"Kau benar , yamapi. Kita harus kembali! Ayo ! "
Shige kembali menunggangi yamapi untuk menuju ke kerajaan Chankapaana dengan kecepatan tinggi. Menerobos dinginnya suhu menuju kerajaan Chankapaana.
***
Ryoko menemui Para petinggi kerajaan dengan wajah lesu dan murung. Ia berusaha berakting untuk memalsukan kematian Takahisa. Para petinggi kerajaan menatap ryoko. Menunggu jawaban dari dirinya dengan perasaan cemas.
"Bagaimana keadaan pangeran Masuda?" Tanya Ryo kepada Ryoko.
"Ia... ia ..mati... Ia membeku dan meninggalkan dunia ini. Ini semua gara-gara Tegoshi!"
Ryoko menjelaskan semuanya dan meyakinkan semua. Semua terperangah Mendengar nya. Mereka percaya pada ryoko.
"Kalian harus membunuh Tegoshi! Sebelum badai menjadi tambah buruk! "
Semua mengangguk setuju Mendengar Perintah ryoko. Maka, Para penjaga langsung diutus untuk membunuh Yuya di penjara tempat ia ditahan.
Tapi rupanya Yuya tidak mau menyerah pada nasibnya begitu saja. Ia berusaha melepaskan diri dari rantai itu dengan kekuatannya. Ia tak peduli berapa besar kekuatan yang ia kerahkan untuk menghancurkan rantai tersebut. Akibatnya, badai di luar semakin besar seiring dengan bertambahnya kekuatan Yuya. Dinding penjara membeku dan mulai retak.
Lalu terdengar langkah kaki mendekat ke arahnya. Yuya semakin panik dan tak sabar untuk melepaskan diri. Ia memacu kekuatannya Lebih kuat lagi.
PRAKK!
Hancurlah rantai yang mengikat tangan Yuya. Buru-buru Yuya melompat keluar dari ruangan gelap terkutuk itu. Saat penjaga masuk, Yuya sudah kabur.
***
Takahisa membuka matanya perlahan. Suhu udara di ruangan semakin dingin. Begitu juga dengan suhu tubuhnya. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menyelamatkan dirinya sendiri yang sebentar lagi membeku.
Lalu ada suara seseorang berusaha membuka kunci pintu. Takahisa berharap itu adalah seorang yang ingin menolongnya.
Pintu pun terbuka. Dengan wortel menancap di lubang kuncinya. Dan ternyata yang membuka pintu itu adalah Koyama.
"K...Koyama..."
Betapa senangnya hati Takahisa saat melihat sesosok Koyama masuk dan menemukannya. Masih ada harapan untuk dirinya untuk hidup.
"Massu, ya ampun. Kau tidak apa-apa? Mari mendekat ke perapian! Aku akan menyalakan api agar kau hangat"
Koyama membantu Takahisa untuk mendekat ke perapian. Koyama menyalakan api dengan tangannya yang terbuat dari ranting. Sedikit gesekan dan usaha api dapat dinyalakan dan mulai menghangatkan seluruh ruangan. Koyama terus memandangi api yang berkobar di perapian.
"Jadi seperti ini kehangatan itu? "
"Koyama, jauhi api itu! Kau bisa meleleh!"
Ujar Takahisa berusaha menyelamatkan Koyama dari peristiwa meleleh.
"Semua orang bisa meleleh jika ia jatuh Cinta atau yang lainnya"
Lalu lama kelamaan salju dipipi Koyama meleleh. Dengan cepat ia menahan pipinya itu dengan tangannya.
"Koyama, seperti apa tindakan sejati itu? "
"Kau benar benar tidak tahu?"
Takahisa mengangguk pelan. Ia benar benar merasa bodoh sekarang ini.
"Tindakan sejati itu seperti orang lain mengorbankan nyawanya, atau melindungi seseorang. Seperti shige yang berusaha membantumu menemui kakakmu... Hei...Shige itu sudah bertindak sejati kepadamu! Ayo kita cari Dia sekarang untuk menyelamatkanmu! " Sorak Koyama kegirangan. Takahisa juga tak kalah bahagianya.
Tubuh Takahisa hampir membeku seperti es. Dan dinding istana mulai membeku, begitu juga dengan pintunya. Takahisa tahu semua ini adalah perbuatan Yuya.
"Oh tidak! Koyama, kita terperangkap! "
Koyama melirik kesana kemari untuk menemukan jalan keluar. Dan Lalu ia melihat jendela terbuka. Koyama melihat keluar jendela itu sambil mencari shige. Ia melihat ada seseorang yang menuju kemari. Karena terlalu jauh dan tidak Jelas, Koyama mengambil teropong untuk melihat Siapa itu.
Mulutnya seketika menyunggingkan senyum. Karena ia melihat shige.
"Massu, Shige kembali! Dia ada disana! Kemarilah dan lompatlah bersama ku!"
Takahisa agak ragu saat melihat kebawah. Tapi tak ada pilihan lain selain melompat. Ia pun memberanikan diri untuk melompat diikuti Koyama di belakang nya.
Takahisa terjatuh di tumpukan salju yang empuk. Namun baginya itu sangat sangat dingin.
Tak jauh dari Mereka ada shige dan yamapi berjuang menerjang badai yang kuat. Reruntuhan kapal yang membeku sesekali hampir mengenainya ia tak pedulikan. Hanya Satu tujuannya, yaitu menyelamatkan Takahisa.
"Massu!! Massu!! Bertahanlah! Aku segera kesana!! " Teriak Shige di tengah badai salju tersebut. Berkali kali ia tergelincir di atas danau beku, ia tetap tak menyerah menghampiri Takahisa demi menyelamatkan pemuda itu.
"Shige!! Shige!! " Takahisa juga berteriak memanggil Shige. Ia juga tidak menyerah demi hidupnya saat itu.
Saat itu Yuya ada di tengah tengah Mereka. Ia berlari ketakutan berusaha menemukan jalan yang tepat untuk pelarian dirinya. Dan ternyata ada Ryoko juga berusaha mencari Yuya untuk menghabisinya saat itu juga.
Mereka berdua pun bertemu. Yuya berpikir Ryoko akan membantunya. Namun justru Ryoko malah mengucapkan kata-kata yang malah menyakitkan hatinya.
"Tegoshi, kau harus hentikan badai yang kau buat ini! Semuanya menjadi kacau gara-gara dirimu! "
"Biarkan, Ryoko, Lebih baik kau selamatkan adikku dan kalian hidup bersama selamanya" balas Yuya.
"Asal kau tahu ya, adikmu itu sudah mati! Ia membeku dan itu semua gara-gara kau!"
"Massu..."
Yuya tertegun. Hatinya hancur Mendengar perkataan Ryoko. Ia tak menyangka sihirnya benar benar berdampak besar bagi adiknya sendiri.
Badai besar yang menerjang dengan kuat seketika lenyap seiring dengan down nya mental Yuya. Rasanya seluruh hidupnya lumpuh.
Pemuda itu jatuh terduduk meratapi keasalahan yang telah diperbuatnya. Ia tak menyangka semua akan berakhir seperti ini. Yuya benar benar menyesali perbuatannya.
Saat itulah Ryoko berkesempatan membunuh Yuya. Gadis itu berjalan mendekat perlahan sambil mengangkat pedangnya.
Takahisa masih berjuang menghampiri shige. Ia melihat di kedua telapak tangannya. Ujung jarinya sudah membeku seperti es. Ia tak dapat merasakan ujung jarinya itu.
"Shige!!! Shige..."
Teriakannya semakin melemah. Lalu pandangannya teralihkan ke arah Yuya yang siap dibunuh oleh Ryoko.
"T...Tegoshi... Tegoshi!!"
Tanpa pikir panjang, Takahisa langsung menghampiri Yuya.
Ryoko tersenyum jahat saat siap menghunuskan pedangnya ke arah Yuya.
"Jangan!!!! "
Saat itu juga Takahisa menjadi es seutuhnya. Pedang Ryoko hancur dan ryoko terlempar cukup jauh. Kutukan sudah terlanjur menyebar dan kini Takahisa sudah berubah menjadi patung es tak bernyawa.
Sadar sesuatu telah terjadi, Yuya menoleh kebelakang. Ia melihat massu yang sudah berubah menjadi patung es dengan kaget, cemas, dan takut.
"Hahhhh!!! Massu!!!"
Yuya menyentuh adiknya yang telah berubah menjadi patung es tersebut. Air matanya mulai berlinang. Ia benar benar merasa bersalah pada adiknya sendiri. Jika saja Yuya bisa mencegahnya pada malam itu, semua ini takkan terjadi.
"Massu... tidak... tolong... kembalilah... Massu..."
Koyama, Shige, dan Yamapi yang melihat kejadian itu menundukkan kepala mereka. Sebab Mereka merasa terpukul atas kejadian itu. Tak disangka oleh shige, massu kini berubah menjadi es dengan cepat. Begitu pula dengan Koyama dan yamapi.
Yuya terus menangis terisak sambil memeluk Takahisa yang membeku itu. Namun tiba-tiba, perlahan es di tubuh Takahisa menghilang seiring tangisan Yuya.
"Shige, lihat! "
"Tegoshi..."
Takahisa bergerak dan menyebut nama kakaknya itu yang sedang menangis memeluknya. Yuya segera merespon itu semua.
"Massu..."
Yuya tersenyum dan langsung memeluk Takahisa dengan eratnya. Mereka berdua menangis terharu dalam pelukan itu.
"Massu, kau sudah mengorbankan dirimu untukku "
Takahisa tersenyum sambil menggenggam tangan Yuya.
"Semua itu kulakukan karena Aku menyayangimu "
"Sebuah tindakan sejati dapat mencairkan hati yang beku! "Seru Koyama sambil mengangkat kepalanya.
"Hei... benar juga. Hanya Cinta yang dapat mencairkan ini semua..."
Yuya mengayunkan tangannya dan perlahan es es itu menghilang dan terbang ke atas langit. Semuanya kembali normal tanpa ada salju maupun es yang menutupi. Seluruh es berkumpul di langit membentuk pola kristal es dan Lalu menghilang.
"Aku yakin kau bisa melakukannya" ujar Takahisa. Yuya tersenyum kepada adiknya itu.
"Ok ini hari terindah dalam hidupku. Namun ini juga akhir dari hidupku " Kata Koyama yang perlahan mulai meleleh sebab udara di sekitar terasa hangat.
"Oh Koyama. Bertahanlah sobat kecil "
Yuya mengayunkan tangannya mengembalikan Koyama ke bentuk semula dan menghadiahi Koyama sebuah awan pelindung.
"Wahhh awan pribadiku! Waaahhhhaahaha" Koyama begitu senang sekali.
Ryoko tersadar dari pingsannya dan kaget melihat semuanya kembali normal. Shige yang melihat ryoko langsung merasa geram ingin memberi pelajaran.
"Hrrghhh... perempuan itu! "
"Biar Aku yang menghadapinya, shige"
Takahisa menghampiri Ryoko untuk memberinya pelajaran.
"Bagaimana bisa? Dia kan sudah membekukan hatimu!? "
"Kau salah Ryoko! Justru kau orang yang memiliki hati yang beku! " Takahisa mendorong Ryoko Hingga ryoko jatuh ke danau. Takahisa sudah sangat kesal dengan Ryoko.
***
Kerajaan kembali normal. Ryo dan Ryoko dikembalikan ke kerajaan untuk mendapat hukuman yang pantas.
Saat itu Takahisa sedang membuat kejutan untuk Shige. Mata Shige ditutup dengan kain.
"Ayo Lebih cepat jalannya shige! "
"Iya iya.. aduh! "
Dugg! Shige menabrak tiang. Takahisa tertawa melihatnya.
"Siap ya. 1 2... 3 tada!!! "
Takahisa membuka penutup mata Shige. Dan saat itu shige senang sekali sebab kejutan yang diberikan oleh Takahisa adalah kereta salju yang baru dan Lebih bagus.
"Kau suka? "
"Tentu saja Aku menyukainya! Terima kasih, Massu! " Saking senangnya Shige menggoyang2kan tangan Takahisa.
"I..iya sama sama shige! "
Yuya saat itu tak takut lagi menunjukkan kekuatannya kepada khalayak ramai.
"Mari kita berselancar diatas es! Ayo Tegoshi lakukanlah! " seru Takahisa.
"Baik"
Yuya menghentakkan kakinya ke tanah dan membuat permukaan ice skating yang tidak berbahaya.
Semuanya berselancar dengan Gembira tanpa takut.
"Ayo massu kau pasti bisa"
"Ok. Ok.. woowww"
"Ah hati hati!"
Yuya buru-buru menangkap Takahisa agar tak jatuh. Lalu Mereka berdua tertawa bersama.
Benar benar akhir bahagia.
Selesai.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar