Senin, 22 September 2014

Fanfic NEWS: Frozen NEWS version part 1

Characters:
Elsa (boys version) : Yuya Tegoshi
Anna (boys version): Takahisa Masuda.
Kristoff: Shigeaki Kato.
Olaf: Keiichiro Koyama.
Hans (girl version): Ryoko (karakter buatan)
Sven: Yamashita Tomohisa.
The duke of weselton: Ryo Nishikido.
Oaken: Ryuhei Maruyama

Disclaimer:
Ini terinspirasi dari film Frozen. Beberapa mungkin ada yang diubah sedikit.

Malam hari di sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Chankapaana yang tenang dan damai, hidup Raja dan Ratu yang memerintah kerajaan tersebut. Mereka memiliki 2 orang anak laki-laki. Yuya Tegoshi sebagai kakak dan Takahisa Masuda sebagai adiknya. Mereka hidup dengan damai.

Yuya dianugerahi kekuatan istimewa, yaitu dapat membuat es, salju, membekukan benda dan beberapa keajaiban lainnya. Ia dan Takahisa sangat suka membuat boneka salju. Malam itu mereka sedang tertidur pulas, namun Takahisa terbangun.
"Pssst... Tegoshi, bangun! Bangun!''
Takahisa kecil menggoyak-goyakan tubuh Yuya yang sedang tertidur dan lalu ia duduk diatasnya.
"Tidurlah Massu, ini sudah malam''
"Tidak bisa, Tegoshi! Langitnya terjaga, aku pun ikut terjaga. Karena itu kita harus main dan bermain'' kata Takahisa masih sambil berguling guling diatas tubuh Yuya.
"Sana tidur, Massu!'' Yuya mendorong Takahisa hingga terjatuh. Takahisa menekuk wajahnya kesal. Lalu ia tersenyum lebar seketika. Takahisa naik ke ranjang Yuya lagi sambil menarik kelopak mata Yuya yang tertutup, ''kau mau membuat boneka salju?''
Yuya membuka matanya dan tersenyum senang. Dengan langkah cepat dan hati-hati, kedua anak itu menuju ruang pesta dansa yang kosong.
"Lakukan keajaiban! Lakukan keajaiban!'' Seru Takahisa.
Yuya menyuruh Takahisa agar mendekat sedikit. Lalu Yuya membentuk salju dari kedua tangannya.
"Kau siap?'' Tanya Yuya. Takahisa mengangguk tak sabar. Yuya melemparkan gumpalan kekuatan es tadi ke atas. Butiran salju yang indah mulai memenuhi ruang pesta dansa kosong itu.
"Ini ajaib!'' Seru Takahisa girang.
Setelah itu mereka bermain bersama. Mereka membuat sebuah boneka salju yang lucu.
"Hai, Massu, aku Koyama. Dan aku suka pelukan hangat'' kata Yuya sambil menggerakkan tangan ranting boneka salju yang bernama Koyama itu. Takahisa berlari dan langsung memeluk Koyama si boneka salju.
Mereka bermain seluncuran, ice skating. Dan Yuya membuat undakan untuk dilangkahi Takahisa.
"Wuhuuu... cepat Tegoshi, tangkap aku!''
"Pasti Massu, hei hati-hati!''
Takahisa semakin cepat dan semangat melompati setiap undakan yang dibuat oleh Yuya.
"Tunggu, Massu!''
Yuya mulai kewalahan karena harus terus terusan membuat undakan. Tiba-tiba ia terpeleset sebelum membuat undakan salju berikutnya untuk pijakan Takahisa.
"Massu, Awas!''
Yuya tanpa sengaja mengulurkan tangannya, menembakkan kekuatannya yang tepat mengenai wajah Takahisa hingga membuat anak laki-laki itu jatuh pingsan. Yuya panik setengah mati dan segera mengangkat Takahisa.
"Ibu! Ayah!''
Kepanikan Yuya bertambah saat melihat beberapa helai rambut Takahisa memutih. Yuya menangis sambil memeluk Takahisa yang sedang pingsan. Ruangan dansa itu seketika membeku seiring tangisan Yuya.
Setelah itu Raja dan ratu datang melihat keadaan mereka berdua. Mereka kaget sekali melihat seluruh ruang pesta dansa membeku.
"Massu, Tegoshi!''
"Ini semua diluar pengawasan!''
Yuya menyerahkan Takahisa kepada ayahnya.
"I...itu kecelakaan. Aku tidak sengaja'' kata Yuya mencoba menjelaskan.
"Aku tahu harus membawa Massu kemana''

Raja menuju perpustakaan dan mengambil sebuah buku untuk mengetahui siapa yang bisa menyembuhkan Takahisa. Setelah itu mereka semua berkuda ke hutan yang berada disebrang danau.
Jejak berkuda mereka membentuk es dari kekuatan Yuya yang membuat seorang anak laki2 dan rusa kecilnya yang sedang istirahat itu bingung.
"Hah? Es?''
Anak laki2 itu segera menunggangi rusa kecilnya itu untuk mengikuti jejak es tersebut.
"Ayo, Yamapi!''

Raja dan keluarga membawa Takahisa ke tempat yang penuh batu berlumut. Kemudian seluruh batu itu berguling dan memperlihatkan wujud aslinya.
"Itu Troll!''
Yuya berpegangan erat kepada ayahnya.
Ketua dari para Troll itu segera memeriksa Takahisa.
"Kau beruntung, es itu tidak mengenai hatinya''
"Kau bisa menyembuhkan anakku?''
"Tentu. Tapi aku harus menghapus memorinya beberapa, jangan khawatir, aku akan menyisakan kebahagiaan di dalamnya''
"Apa ia tidak akan ingat jika aku punya kekuatan khusus?'' Tanya Yuya dengan takut.
"Tentu saja, nak''
Segera Takahisa mulai tersenyum meskipun belum dapat membuka kedua matanya.
Lalu ketua Troll itu mendekati Yuya dan berbicara banyak hal hingga membuat anak laki2 itu ketakutan.
"Tegoshi, kekuatanmu terus berkembang. Ada keindahan di dalamnya, ada juga kehancuran didalamnya. Kau harus bisa mengendalikan kekuatanmu. Jika tidak, kekuatan itu sendirilah yang akan menjadi musuhmu''
Ayah Yuya berpikir sejenak sebelum membuat keputusan.
"Tegoshi akan kujaga. Kupastikan ia bisa mengendalikan kekuatan hingga sampai pada waktunya. Gerbang gerbang akan ditutup, kami juga akan mengurangi staff kerajaan. Melindungi Tegoshi dari dunia luar bahkan dari Massu sekalipun''

Mulai pada detik itu, kehidupan Yuya benar-benar terisolasi. Yang tadinya ia satu kamar dengan Takahisa, kini harus terpisah. Dan ia juga tidak ingin menemui adiknya lagi. Ia takut jika kekuatannya melukai saudaranya itu lagi. Ia merasa kesepian, tapi ia benar benar ketakutan.

Takahisa kini kesepian. Ia tidak ingat apapun tentang kekuatan Yuya. Ia hanya ingat saat2 bermain salju bersama Yuya.
Setiap hari ia tak lelah mengetuk pintu kamar Yuya untuk mengajaknya bermain.
"Tegoshi, maukah kau membuat boneka salju?''
Dengan suara ceria dan imut, Takahisa kecil berteriak di depan kamar Yuya. Namun belum ada jawaban. Takahisa mengintip kesela-sela di bawah pintu.
"Bukankah kita dulu dekat? Mengapa kau menghilang begitu saja? Kita bisa mengelilingi istana... apa kau mau membuat boneka salju? Atau tidak membuat boneka salju tidak apa2...'' tambah Takahisa lagi.
"Pergilah, Massu!'' Jawab Yuya dari dalam.
"Wakatta yo.....''
Wajah Takahisa Yang tadinya ceria, berubah menjadi muram. Ia pergi menjauh dari kamar Yuya dan bermain sendirian. Takahisa mencoba untuk merasa bahagia walaupun seorang diri.

Sementara itu Yuya berdiri di dekat jendela dan menyandarkan tangannya di tepi jendela. Namun hal yang tidak biasa terjadi, tepian jendela tadi perlahan membeku. Segera Yuya menyingkirkan tangannya dari tepian jendela itu. Ia tahu kekuatannya semakin besar. Maka dari itu ia semakin takut.
"Jangan khawatir, nak. Mungkin sarung tangan ini dapat Membantu''.
Ayah Yuya mengenakan sarung tangan ke tangan Yuya.
"Ingat, jangan rasakan, jangan takut, bersikap seperti biasa''
"Aku mengerti, ayah''

2 tahun kemudian mereka tumbuh lebih besar lagi seperti anak anak sekolah dasar. Saat itu juga Takahisa belum menyerah mengetuk pintu kamar Yuya.
"Maukah kau membuat boneka salju? Atau bermain sepeda di dalam ruangan?''
Takahisa terus bernyanyi untuk membujuk Yuya keluar. Tapi tetap saja sama. Yuya tetap tak mau keluar. Takahisa bernyanyi dan bermain sendirian mengelilingi istana. Ia lalu berhenti dan berbaring di depan jam antik.
"Tak tok tak tok tak tok'' bola mata Takahisa bergerak mengikuti gerakan gandulan di dalam jam antik tersebut. Ia benar-benar bosan sekaligus kesepian, tanpa Yuya disampingnya.

Sementara itu Yuya sedang panik karena kekuatannya itu benar benar semakin kuat.
"Ini benar benar kuat. Aku tak dapat mengendalikannya...'' seru Yuya.
"Kau pasti bisa, nak...'' ibu Yuya mendekat untuk menenangkan anaknya itu.
"Tidak! Jangan sentuh aku!'' Yuya menghindar dan mencegah kedua orang tuanya agar tidak mendekat padanya. Karena ia takut kekuatannya juga melukai orang tuanya.

Bertahun tahun kemudian Yuya dan Takahisa tumbuh dewasa. Beberapa tahun lagi Yuya sudah bisa memimpin kerajaan Chankapaana.

Hari itu orang tua mereka ingin mengunjungi kerajaan lain selama 2 minggu.
"Sampai jumpa 2 minggu lagi'' Takahisa memeluk kedua orang tuanya itu.
Yuya membungkuk hormat kepada kedua orang tuanya itu.
"Kalian benar benar akan pergi?''
"Jangan khawatir, kau pasti akan baik-baik saja, Tegoshi'' kata ayahnya Yuya.

Namun, di tengah perjalanan, terjadi badai besar hingga membuat perahu layar yang dinaikki orang tua mereka terombang ambing dan akhirnya tenggelam. Orang tua mereka pun meninggal dunia karena tenggelam di tengah badai besar di tengah samudera itu.
Yuya semakin mengurung dirinya. Tak ada lagi yang bisa mengerti dirinya. Ia merasa sangat hampa tanpa kedua orang tuanya.
Begitu juga Takahisa. Ia tambah kesepian tanpa ketiga orang yang dicintainya. Dengan lesu, ia mengetuk pintu kamar Yuya.
"Tegoshi....''
Takahisa mulai bernyanyi lagi dengan suara lirih.
"Kenapa kau menyembunyikan dirimu? Kita hanya punya satu sama lain. Tolong bukakan pintu, biarkan aku masuk. Semua orang bertanya tentangmu.''
Tubuh pria itu merosot pada daun pintu.
"Maukah kau membuat boneka salju.....''
Air mata Takahisa tak dapat terbendung lagi. Begitu pula dengan Yuya di dalam kamar. Seluruh kamarnya penuh dengan es. Ia juga menangis dan merasa putus asa menghadapi hidupnya. Menghadapi kekuatannya.

2 tahun kemudian....
"Selamat datang di Chankapaana''
Seluruh warga berduyun-duyun datang ke kerajaan Chankapaana. Dan hari itu juga gerbang istana telah terbuka. Karena itu adalah hari penobatan Yuya menjadi raja baru. Warga-warga sangat antusias merayakan hari penobatan itu. Beberapa pemimpin kerajaan lain juga datang untuk merayakan hari penobatan Yuya menjadi raja baru.

Namun Takahisa sang pangeran Chankapaana masih asyik tidur. Dengan rambut acak acakan dan mulut terbuka dan sedikit mendengkur. Sangat tidak cocok untuk seorang pangeran.
Staff kerajaan mengetuk pintu kamar Takahisa untuk membangunkan pangeran malas itu.
"Tuan Masuda cepat bangun''
Takahisa menggeliat.
"Uuuhhh beri aku beberapa menit lagi....''
"Tidak bisa tuan. Tuan harus cepat bangun...''
Takahisa menguap dan duduk sambil menyangga kepalanya dengan tangannya.
"Baik aku bangun''
"Ini adalah hari spesial, tuan. Maka tuan harus bangun lebih awal''
Tapi Takahisa malah tertidur lagi.
"Tuan!''
"Ya iya baik...''
"Ayo cepat siap-siap tuan. Tuan sedang apa sih?''
"Tidak tidak aku tidak sedang apa2...''
"Yasudah bangun''
"Untuk apa?'' Tanya Takahisa dengan mata tertutup.
"Untuk merayakan hari penobatan kakakmu''
"Hari pengobat....''
Takahisa melihat baju yang sudah disiapkan di depan lemarinya.
"Wah! Ini hari penobatan!'' Takahisa langsung segar dan semangat. Tidak mengantuk lagi.
"Ini hari penobatan! Hahaha...'' Takahisa saking semangatnya memutari salah satu staff kerajaan yang sedang repot. Lalu Takahisa yang sudah rapi tersebut bernyanyi dan mengelilingi istana dengan hati gembira.
"Pintu dan jendela telah terbuka... aku tidak tahu mereka lakukan itu lagi... siapa yang tahu kami memiliki 8 ribu piring salad?
Selama bertahun-tahun aku menjelajahi ruang kosong ini. Mengapa memiliki ballroom tanpa bola? Akhirnya mereka membuka gerbang.
Akan ada orang-orang yang hidup nyata yang sebenarnya. Ini akan benar-benar aneh .
Tapi wow, aku begitu siap untuk perubahan ini.

Karena untuk pertama kalinya.
Akan ada musik, akan ada cahaya .
Untuk pertama kalinya
di selamanya aku akan menari sepanjang malam''

"Untuk pertama kalinya... aku tidak akan sendirian.
Saya tidak sabar untuk bertemu semua orang!''
Takahisa terkesiap.
"Bagaimana jika aku bertemu.... seseorang''
" Ooh! Tiba-tiba aku melihat dia berdiri di sana.
Seorang asing yang indah, tinggi dan cantik.
Aku mengisi mulutku dengan coklat''

"Tapi kemudian kami tertawa dan berbicara sepanjang malam, sungguh tidak aneh seperti kehidupan saya telah jauh memimpin.

Untuk pertama kalinya
Akan ada keajaiban, akan ada kesenangan.
Untuk pertama kalinya
aku bisa diperhatikan oleh seseorang.

Dan aku tahu itu benar-benar gila
Bermimpi aku akan menemukan cinta
Tapi untuk pertama kalinya Setidaknya aku punya kesempatan''

Berbeda dengan Takahisa yang sangat ceria, Yuya sangatlah gugup. Hari itu adalah hari pertama kalinya sejak ia tak menampakkan diri di depan umum.

Tego: Jangan biarkan mereka masuk,
jangan biarkan mereka melihat
Jadilah pria yang baik untuk selalu bisa.
Sembunyikan, jangan rasakan, tunjukkan. Membuat suatu gerakan yang salah. Hingga membuat semua orang tahu.

Yuya mencoba melatih memegang benda logam kerajaan tanpa sarung tangan. Namun, tetap saja apa yang ia pegang langsung membeku.

Tego: tapi untuk hari ini
Massu: untuk hari ini...
Tego: menunggu perjuangan
Massu: menunggu perjuangan.
Tego: Katakan kepada penjaga untuk membuka pintu gerbang.
Massu: Pintu Gerbang....
Untuk pertama kalinya...
Tego: jangan biarkan mereka masuk, jangan biarkan mereka melihat...
Massu: Kudapatkan apa yang aku impikan....
Tego: jadilah pria baik untuk selalu bisa....
Massu: Sebuah kesempatan untuk mengubah dunia kesunyianku....
Tego: sembunyikan...
Massu: kesempatan untuk menemukan cinta sejati...
Tego: sembunyikan, jangan rasakan, jangan biarkan mereka tahu.
Massu: Aku tahu itu semua berakhir besok, jadi hari ini...
Untuk pertama kalinya... untuk pertama kalinya...
Tak ada yang menghalangiku....

Bruk!
Takahisa menabrak kuda milik seorang putri hingga Takahisa hampir terjatuh ke danau. Ia jatuh duduk di atas perahu.
"Hei!'' Protes Takahisa. Lalu putri itu turun dari kudanya dan meminta maaf.
"Ups, maafkan aku. Kau Tidak apa2?''
Takahisa mengangguk dan bangkit dari jatuhnya.
"Apa kau penduduk Chankapaana?'' Tanya putri itu.
"Aku pangeran Masuda, adik dari raja Tegoshi, dan kau...''
"Putri Ryoko dari Eighttown. Jadi kau adiknya? Kau datang ke gereja hari ini kan?''
Wanita bernama Ryoko tadi memperkenalkan dirinya dengan sopan. Takahisa tersipu melihat keanggunan dan kecantikan putri Ryoko. Ia tersenyum cerah dan salah tingkah melihat senyum Ryoko.
"I...iya. Aku harus pergi sekarang. Sampai nanti...''
Takahisa berlari meninggalkan Ryoko yang sedang melambaikan tangan dan tersenyum kearahnya. Ryoko dibuat salah tingkah juga oleh laki laki muda itu. Bahkan ia masih saja tersenyum walau Takahisa sudah menghilang dari pandangannya.

Yuya menjalani upacara pengangkatan dirinya dengan gugup. Dengan tetap mengenakan sarung tangan. Mahkota dipasangkan ke kepala Yuya. Dan Yuya harus memegang benda logam khas kerajaan.
"Yang mulia, sarung tanganmu...''
Yuya terpaksa melepas sementara sarung tangannya itu. Ia menarik napas dan memegang kedua benda logam tersebut sambil gemetar.
"Inilah raja baru kita, Raja Tegoshi''
Namun tiba2 karena kegugupan Yuya, benda logam itu mulai membeku sedikit. Setelah itu ia buru buru meletakkan benda logam tersebut dan kembali mengenakan sarung tangan.

"Inilah Raja Tegoshi dan pangeran Masuda!''
Penasihat kerajaan memanggil mereka berdua untuk berkumpul di ballroom istana. Saat itu Yuya dapat sedikit tenang karena tak perlu melakukan apapun selain melihat orang orang yang sedang menikmati pesta.
Yuya melirik ke arah adiknya yang sedang berdiri disampingnya. Berinisiatif untuk memanggilnya.
"Hai...''
Takahisa menoleh dengan kaget. Ia mencoba bersikap seperti biasa. Tentu itu mudah baginya karena ia adalah anak yang ceria.
"Oh.. hai. Hai untukku? Oh ya selamat untuk pengangkatan dirimu''
"Terima kasih. Jadi, inikah yang disebut dengan pesta?'' Gumam Yuya tidak jelas. Melihat orang orang bergembira menikmati pesta. Yuya berpikir pastilah menyenangkan berada disana.
"Bukankah menyenangkan? Aku harap kita bisa seperti ini selamanya. Pintu Gerbang selalu terbuka, dan semua orang bergembira''
"Ya kau benar, Massu''
"Pesta seperti ini adalah hal yang kuimpikan sejak dulu''
"Hmm benar. Dan kau tahu ini aroma apa?'' Tanya Yuya.
"Cokelat!''
Yuya dan Takahisa menyebut kata itu bersama dan langsung terkikik.
"Yah... aku suka sekali coklat'' kata Takahisa.
"Mmm... aku juga'' jawab Yuya.

Seorang Raja bernama Ryo Nishikido berdiri di hadapan Yuya. Yuya hanya tersenyum dan menyuruhnya menikmati pesta dahulu.
"Kau bisa berdansa?''
"Tentu'' jawab Yuya.
"Mengapa kau tidak ikut mereka berdansa?''
"Mmm... tidak. Tidak apa-apa. Oh mungkin Massu mau berdansa bersamamu dan mereka''
Yuya mendorong Takahisa ke arah Ryo. Dan Ryo langsung menarik tangannya, dan langsung menari.
"Kau bisa gerakan ini?''
"Eheh.... woooww'' Takahisa ditarik lagi dan diputar putar. Yuya hanya tertawa melihat adiknya menari aneh bersama Ryo.
Sebenarnya Ryo bukanlah orang baik baik. Sejak awal ia mulai curiga ada yang aneh dari kerajaan Chankapaana yang cukup terisolasi. Ia hanya tinggal menunggu kesempatan datang untuk menguak rahasianya.

"Fuuhh... melelahkan. Tapi menyenangkan. Dia juga ahli dalam berdansa''
Takahisa tersenyum dan melirik kearah Yuya yang sedang tertawa kecil karena tingkah Ryo dan Takahisa.
"Hei Tegoshi, kau senang kan? Aku harap besok dan seterusnya bisa selalu seperti ini. Benar begitu, Tegoshi?''
Tiba2 Yuya tertegun. Ia tak bisa membayangkan seperti ini terus selamanya. Mengingat kekuatannya yang semakin kuat, membuatnya menjadi takut berada di hadapan umum.
"Tidak! Kita tidak bisa...''
"Tapi kenapa?''
"Sudah kubilang Tidak bisa tetap tidak bisa!''
Takahisa terdiam. Ia benar benar heran dengan tingkah kakaknya. Dengan kecewa Takahisa meninggalkan Yuya sendirian.
"Permisi sebentar....''

Takahisa melewati orang orang banyak yang sedang berdansa. Tiba-tiba ia tertabrak punggung laki2 berbadan gendut hingga terpental dan menabrak seorang wanita yang ternyata adalah Ryoko.
"Ryoko! Kau datang malam ini''
Takahisa merasa agak sedikit terobati rasa kecewanya. Setelah itu Takahisa mengajaknya untuk berkeliling area istana, berdansa, dan saling bercerita.
"Aku belum pernah bertemu putri lain atau menciumnya, aku selalu bermimpi mencium Troll dan itu buruk bagiku''
Takahisa menceritakan pengalaman cintanya yang masih melompong.
"Tentu saja kau harus bertemu dengan wanita yang kau suka'' Ryoko menanggapinya dengan sedikit tertawa.
"Kau berapa bersaudara?''
"12. 3  diantaranya menganggapku tidak ada. Itu secara harfiah''
"Oh itu sama dengan kakakku. Maksudku, aku dan Tegoshi dulunya sangat dekat. Tapi, suatu hari ia mendiamkanku sampai sekarang. Aku tidak tahu alasannya kenapa''
"Yah itulah kadang seorang kakak. Mereka mudah berubah''
"Nee, Masuda, aku ingin mengatakan satu hal yang gila padamu''
"Oh tentu saja. Aku suka kegilaan''

Malam itu mereka menyanyi dan menari tentang cinta di sekitar istana. Walaupun baru sehari, mereka berani mengatakan perasaan mereka masing-masing.

Ryoko berbisik ke telinga Takahisa.
"Kau suka pernikahan? Jika kau suka, aku mau menikah denganmu'' Ryoko tersenyum lebar.
"Tentu aku suka! Ryoko, kau yakin ingin menikah denganku?''
"Apakah aku boleh mengatakan hal yang lebih gila lagi? Tentu saja ya!''

***

Takahisa kembali lagi ke ballroom sambil menarik Ryoko dengan gembira menemui Yuya.

"Tegoshi, aku kembali. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku akan menikah dengan Ryoko''
Yuya melotot kaget. Ia sangat terkejut dan nampak tidak setuju dengan pernyataan Takahisa yang terkesan tanpa persiapan.
"Bukankah kalian baru saling kenal? Bagaimana bisa memutuskan secepat itu?''
Dengan tersenyum Takahisa melanjutkan bicaranya.
"Entahlah. Mungkin harus menyiapkan beberapa hal seperti tamu, makanan. Dan sebagainya. Oh dan setelah kita menikah Ryoko bisa tinggal disini bersama dengan ke sebelas saudaranya!''
"Tidak!''
"Apa?''
"Kau ingin membawa dia dan sebelas saudaranya? Aku katakan tidak. Dan kau meminta restu dariku, aku juga katakan tidak! Apa yang kau tahu soal cinta, Massu?''
Takahisa menatap Yuya dengan kecewa.
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu. Kau selama ini mengurung diri. Jadi kaulah yang tidak tahu soal cinta!''
"Massu, bisa kita bicara berdua. Hanya berdua''
"Tidak! Jika Kau ingin bicara, bicaralah pada kami berdua''
"Cukup! Dan tidak ada yang menikah! Tutup pintu gerbangnya! Pesta telah usai! Sebaiknya kau pergi sekarang''
Kekesalan Takahisa tak tertahankan lagi. Ia menarik salah satu sarung tangan Yuya hingga membuat Yuya geram.
"Kembalikan!''
"Kenapa kau selalu menjauh dari orang lain?''
"Cukup, Massu...'' Yuya berbalik badan dan berjalan menjauhi Takahisa.
"Jawab aku. Kenapa kau tak pernah bicara padaku ataupun dengan orang lain? Kau tak pernah cerita apapun padaku? Kenapa? Apa yang kau takutkan? Sampai sampai kau tak mau merestui pernikahan aku dan Ryoko?''
"Aku bilang, CUKUP!!"
Yuya benar benar tidak tahan. Ia berbalik badan dan tanpa sengaja kekuatan memancar keluar hingga membentuk kristal es tajam.

"Hah? Penyihir?''
"Sudah kuduga!''
"T...tegoshi...''
Bisikan hinaan mulai memenuhi ruangan itu. Karena panik, Yuya berlari keluar ruangan menghindari kejaran Ryo dan 2 pengawalnya yang sedang mengejarnya.
"Tidak! Tolong jangan mendekat!''
"Kau monster mengerikan!'' Seru Ryo.
"Jangan mendekat!''
Kekuatan Yuya melesat lagi hingga membuat Ryo jatuh terduduk.
Yuya semakin takut dan panik. Ia berlari lagi menjauhi Ryo dan kedua pengawalnya karena takahisa juga kerap mengejarnya.
Di luar ternyata lebih ramai daripada di ballroom tadi.
"Ahh...yang mulia Raja Tegoshi kami yang tampan''
Kata salah satu rakyat Chankapaana sambil menunduk hormat.
"Tolong jangan mendekat!''
Yuya mundur untuk menjauhi rakyatnya itu. Ia tak tahu dibelakangnya ada sebuah air mancur. Ia pun menabrak air mancur itu dan air mancur itu langsung membeku seketika. Membuat semuanya terkejut. Yuya kembali berlari.

Tak hanya itu kekacauan yang ia buat. Tiba2 saja turun salju di malam musim panas itu. Membuat semua orang bingung dan khawatir.

Di hadapan Yuya, terbentang danau luas. Tanpa pikir panjang, ia langsung melangkahkan kakinya diatas danau dan membekulah permukaan danau itu. Maka dengan mudahnya, ia bisa berlari dari kejaran takahisa yang membujuknya untuk kembali.

Takahisa berhenti berlari mengejar Yuya di tepian danau. Kakinya mulai lelah karena Yuya terus saja berlari dan semakin sulit untuk dijangkau.
"Ah , Masuda, lihat danaunya!''
Akibat pijakan kaki Yuya yang menimbulkan kristal es, seluruh danau jadi membeku. Menutup jalur perairan Chankapaana. Tak hanya itu. Kerajaan Chankapaana juga terancam musim dingin abadi.

"Ryoko, ini buruk'' kata Takahisa lesu.
"Ini semua salahku. Seandainya tadi aku tidak memaksanya, ini semua takkan terjadi''
Ryoko juga merasa bersalah.
"Aku juga salah...''
"Tidak Ryoko. Aku yang salah. Aku akan menyusulnya sekarang''
Ryoko kaget dengan keputusan Takahisa. Ia menatap laki2 itu khawatir.
"Kau yakin? Tapi itu berbahaya. Ia bisa melukaimu nantinya''
"Tidak apa2... dia kakakku. Tak mungkin ia melukaiku''
Sesegera mungkin Takahisa mengambil kuda dan memakai jubah agar tidak dingin. Ia menunggangi kuda itu untuk menyusul Yuya.
"Ryoko, kutitipkan kerajaan ini padamu. Aku segera kembali''
"Sebuah kehormatan untukku. Aku akan melaksanakannya dengan baik''
"Aku berangkat''
Sebenarnya berkuda ke hutan di sebrang danau bukanlah hal yang mudah pada malam itu. Karena cuaca begitu dingin, tanah yang tertutup salju menyulitkan gerakan kuda. Dan jarak pandang di malam hari lebih rendah dibanding siang hari.

***

Sementara itu Yuya berjalan sendirian ke arah pegunungan utara. Di tengah kesendiriannya itu, ia berkata pada dirinya sendiri Untuk menguatkan hatinya.

"The snowglows white on the mountain tonight. Not a footprint to be seen.
A kingdom of isolation, and it looks like i'm the king.
The wind is howling like this swirling storm inside.
couldn't keep it in heaven knows i tried''

Yuya mulai agak semangat. Ia mulai bangkit kembali.

"Don't let them in, don't let them see.
Be the good guy you always have to be.
Conceal don't feel don't let them know.
Well now they know''

Yuya membuang sarung tangan yang masih melekat di salah satu tangannya dan mulai menebarkan kristal es kesana kemari sesuka hatinya. Dan membuat sebuah boneka salju.
"Let it go, let it go,
Can't hold it back anymore.
Let it go, Let it go,
Turn away and slam the door.
I don't care, what they're going to say.
Let the storm rage on.
The cold never bothered me anyway''
Yuya juga melepas jubah untuk menahan cuaca dingin itu. Sekarang, hanya kebebasan yang ia punya.

"It's funny how some distance, makes everything seems small.
And the fears that once controlled me, can't get to me at all.

It's time to see what i can do to test the limits and breakthrough.
No right, no wrong, no rules for me
I'm free''
Yuya membuat tangga dan jembatan untuk menyebrangi jurang dan tebing dengan Kekuatan es nya itu. Dengan sangat gembira Yuya menyebrangi jurang yang dalam itu hanya dengan melangkahkan Kakinya.
"Let it go, Let it go,
I'm one with the wind and sky.
Let it go, Let it go,
you'll never see me cry.
Here i'll stand. And here i'll stay.
Let the storm rage on.''
Dengan segenap Kekuatannya, Yuya membangun istana es yang megah hanya dengan kekuatan es spesialnya. Pilar pilar istana seperti cermin raksasa yang indah. Langit langit istana ia hias dengan kristal pula. Dan lantainya memantulkan bentuk kristal es.
"My power fluries through the air into the ground.
My soul is spiraling in Frozen fractals all around.
And one thought crystallizes like an icy blast.
I'm never going back, the past in the past!''
Yuya juga membuang mahkota yang menghiasi kepalanya sejak tadi. Dan ia juga melapisi bajunya dengan es. Terlihat sangat tidak mungkin. Tapi inilah kekuatan yang luar biasa.
"Let it go, Let it go,
And i'll rise like the break of down.
Let it go, Let it go,
That perfect girl is gone.
Here i stand. In the light of day.
Let the storm rage on!
The cold never bothered me anyway''
Yuya menutup pintu istana. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapun lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar