"Tegoshi! Tegoshi! Kau dimana? Ini aku Massu!''
Takahisa terus memanggil manggil Yuya berharap saat itu ia dapat langsung bertemu dengannya. Namun nihil. Tak terlihat jejak kaki Yuya maupun tanda tanda Yuya pergi kemana.
Tiba tiba kuda yang Takahisa tumpangi mendadak seperti mengamuk dan membuat Takahisa terjatuh. Saat Takahisa terjatuh, kudanya malah berbalik arah menuju ke chankapaana kembali.
"Oh tidak, hei! Jangan lari!''
Takahisa juga mengejar kuda itu. Tanpa kuda, ia takkan bisa mencari Yuya. Namun sial, ia malah terjatuh dan terguling hingga ke aliran sungai kecil yang dingin hingga membuat bajunya kaku dan membeku.
"Bagus...''
Lalu Takahisa melihat sebuah toko kecil yang masih buka. Takahisa mencoba bangun untuk menuju ke toko itu.
"Uhhh.... dingin dingin dingin dingin dingin.....''
Takahisa berjalan dengan susah payah dengan baju yang kaku. Akhirnya dengan sedikit perjuangan, ia bisa sampai di depan toko itu.
"Maruyama's shop. With sauna. Ah bagus''
Takahisa masuk ke toko itu dan disambut dengan ramah oleh pemiliknya, Ryuhei Maruyama.
"Yuhuu, kegembiraan musim panas. Aku punya stok lengkap barang musim panas. Seperti sandal, topi, sunblock dan sebagainya''
"Ya itu bagus. Tapi, untuk sekarang, apa ada perlengkapan musim dingin?''
"Mmm... ada di sudut musim dingin kami. Tapi sayang, hanya itu yang tersisa''
Di sudut musim dingin hanya ada kapak, tali, dan sepasang baju plus mantel juga boot. Tapi memang hanya 3 benda yang Takahisa perlukan saat itu. Sambil mengambil ketiga barang itu, Takahisa menanyakan tentang Yuya.
"Apa kau melihat laki2? Atau raja? Yang lewat di sekitar sini?''
"Satu satunya yang lewat pada malam ini hanya kau'' jawab Ryuhei.
Tapi tiba tiba seorang laki laki yang lebih tinggi darinya dengan baju penuh salju masuk.
"....kau dan orang itu. Si pengantar es''
Pemuda dengan baju penuh salju itu mengambil wortel dan pergi ke sudut musim dingin untuk mengambil kapak, dan tali. Dan meletakkan semua barang itu di atas meja.
"Musim panas bersalju ya?'' Celetuk Ryuhei.
"Kurasa ini dari pegunungan utara'' balas si pemuda.
"Semua ini 10 dollar ok?''
"Tidak. 40 dollar''
Pemuda itu langsung protes.
"Biasanya cuma 10 dollar. Kenapa naik?''
Ryuhei menjelaskan semuanya dengan tenang.
"Ini perlengkapan musim dingin. Tapi seharusnya sekarang musim panas''
"Ayolah Maruyama san, 10 dollar saja. Aku tak bawa uang lagi''
"Tidak."
"Kau pelit!''
"Kau berani mengatakanku pelit!''
Ryuhei terlihat geram. Ia lalu menarik pemuda itu dan menendangnya keluar.
"Kau boleh ambil barangmu setelah punya 40 dollar. Bye-bye''
"Sorry Yamapi, aku tak bisa mendapatkan wortel untukmu''
Pemuda yang bernama Shigeaki Kato yang diusir tadi berbicara pada rusa kesayangannya, Yamapi. Hari mulai larut. Untungnya Shige menemukan sebuah gudang tua untuk bermalam sementara.
Di dalam gudang, Shige bernyanyi sambil bermain gitar untuk mengusir rasa galaunya. Tiba tiba Takahisa masuk begitu saja ke gudang itu tanpa permisi.
"Kau bisa mengantarku ke pegunungan utara?''
Shige hanya melirik sebentar, lalu merebahkan dirinya lagi ke tumpukan jerami.
"Maaf. Aku bukan tukang antar'' kata Shige.
Tapi Takahisa tiba tiba melempar kapak dan tali ke arah Shige.
"Awww!''
"Maaf. Itu yang kau butuhkan bukan? Ayo kita berangkat sekarang''
Takahisa terus memaksa Shige agar mau mengantarkannya ke pegunungan utara.
"Ya memang ini yang kubutuhkan. Terima kasih'' Shige berbaring lagi.
"Kau bahkan lupa wortel untuk yamapi''
Bruk! Takahisa melempar sekantung wortel hingga tak sengaja mengenai wajah Shige.
"Maaf maaf . Jadi, bisa kita berangkat sekarang?''
Shige hanya bisa menganga. Terpaksa ia menuruti Takahisa karena ia sudah membelikan barang yang ia butuhkan.
Dengan kecepatan tinggi, Shige menaiki keretanya yang ditarik oleh yamapi. Shige baru tahu jika Takahisa adalah seorang pangeran. Ia benar benar menyesal telah menolak ajakan Takahisa. Tapi Takahisa tidak terlalu peduli dengan hal itu.
"Maaf tadi aku...''
"Sudah lupakan''
"Jadi kenapa kakakmu atau raja marah hingga menciptakan musim dingin ini?''
"Dia marah karena aku terburu buru bertunangan dengan wanita yang baru kukenal sehari''
"Sehari?''
"Benar. Tapi itu tidak menjadi masalah. Cinta sejati tak memandang apapun bukan?'' Takahisa tersenyum. Yang hanya di pikirannya hanya Ryoko saja. Shige tersenyum usil dan mulai bertanya tanya kepada Takahisa yang sedang dimabuk cinta itu.
"Kau tahu makanan kesukaannya?''
"Mmm... sandwich''
"Warna kesukaannya?''
"Emmm... biru''
"Bagaimana cara ia tidur? Dan cara dia mengupil?''
"Mmm cara dia... hei dia itu seorang putri. Mana mungkin melakukan hal jorok seperti itu''
Shige tertawa terbahak2. Malam itu dipenuhi dengan suara suara mereka berdua. Mulai dari tertawa, saling ejek, dan sebagainya. Namun saat sedang asyik bercanda, terdengar auman menyeramkan.
"Shige, apa itu?'' Takahisa mulai takut.
"Entahlah... kurasa ini buruk''
Shige menerangi belakangnya dengan lentera untuk melihat ke arah sumber suara. Ternyata auman itu adalah auman segerombolan serigala.
"Serigala!! Yamapi, percepat langkahmu!'' Perintah Shige.
Mereka semua begitu panik karena mereka dikejar kejar oleh segerombolan serigala itu. Saking paniknya mereka melempar beberapa barang dan Takahisa membakar gulungan jerami menggunakan api lentera dan melemparkannya ke arah segerombolan serigala.
Tapi ternyata di depan ada jalan terputus dan dibawahnya ada jurang yang cukup dalam. Shige mendorong Takahisa ke atas yamapi.
"Kita harus melompat!'' Kata Shige.
"Lompat?''
"Benar, 1 2 3 lompat!''
Mereka semua melompati jurang. Mereka semua selamat, namun kereta shige tidak selamat.
"Keretaku...'' gumam shige lirih.
"Mmm... ok ok... maafkan aku. Aku akan menggantinya nanti. Terima kasih sudah mengantarku. Aku bisa pergi sendiri sekarang'' kata Takahisa sambil meninggalkan shige yang terbaring shock diatas salju bersama yamapi.
"Yamapi keretaku...''
"Hei kau tidak boleh membiarkan dia sendiri'' kata yamapi.
"Tidak boleh?''
"Tidak. Ayo kita temani dia lagi.''
"Kau benar. Hei tunggu aku!''
Shige menyusul Takahisa yang pergi sendiri.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan untuk menemukan Yuya. Tiba Tiba mereka terhenti di sebuah tempat yang penuh dengan kristal es yang teruntai rapi dan terlihat indah. Takahisa tau pasti Yuya yang membuat semua ini.
"Apa ini tanda kita sudah dekat dengan kakakmu?''
"Ya sepertinya. Kristal ini indah ya? Tapi sayang, hanya ada warna putih''
"Kau benar. Cuma ada warna putih''
"Aku rasa warna biru atau merah itu bagus''
Shige dan Takahisa berpandangan. Mereka bingung karena ada suara yang asing bagi mereka. Yamapi pun ikut bingung karena itu pula bukan suaranya.
"Atau kuning? Oh tidak. Es warna kuning? Itu buruk''
Suara itu terdengar lagi. Mereka mencari arah sumber suara. Tiba tiba Takahisa melihat boneka salju di dekat kakinya dan boneka salju itu tersenyum kearahnya.
"Halo, aku Keiichiro Koyama''
"Wuuuaaaaa!!''
Saking takutnya, Takahisa tak sengaja menendang kepala Koyama hingga terpental ke tangkapan Shige.
"Hai....''
"Kau menakutkan''
Shige melempar kepala Koyama kembali ke arah Takahisa. Takahisa menangkapnya dan melemparkannya lagi ke Shige. Terjadi lempar lemparan kepala selama beberapa detik. Koyama si pemilik kepala merasa pusing karena terus di lempar lempar.
"Turunkan aku... kembalikan kepalaku ke badanku''
Badan Koyama sedang berusaha mencari kepalanya juga.
"Wuuuaaaaa!! Badannya!'' Takahisa melempar kepala Koyama tepat di badannya.
"Hah? Aku kembali? Horeeee... aku kembali..'' Koyama melompat lompat kegirangan. Tak begitu menyeramkan seperti apa yang Takahisa bayangkan.
"Fiuhh... ok dari awal lagi. Hai aku Koyama. Dan aku suka pelukan hangat'' Koyama melambaikan tangannya.
"Koyama? Koyama... Koyama...'' Takahisa berpikir sejenak sepertinya ia pernah mengenali nama itu.
"Dan kau juga mereka?''
"Oh aku Takahisa Masuda. Adik dari raja Tegoshi. Dia Shigeaki kato dan rusanya, Yamapi. Oh ya Koyama, apa Tegoshi yang telah membuatmu?''
"Kurasa... iya'' jawab Koyama.
Takahisa menyunggingkan bibirnya. Itu artinya jarak antar dirinya dan Yuya semakin dekat.
"Sepertinya ada yang kurang darimu''
Takahisa mengambil sebatang wortel dan menempelkannya ke wajah Koyama. Tapi terlalu dalam. Hingga terlihat seperti hidung kecil. Koyama bersorak kegirangan sambil memegang hidung kecil barunya itu.
"Waha... hidung! Aku ingin sekali punya hidung!''
"Ups, terlalu kecil kah?''
"Tidak tidak. Ini lucu sekali. Aku jadi terlihat seperti UNICORN kecil dengan hidung kecil yang lucu''
Karena menurut Takahisa kurang bagus, Takahisa mendorong lagi wortel itu ke depan hingga terlihat lebih mancung.
"Wah... ini juga bagus. Jadi, kenapa kalian mencari Tegoshi?'' Tanya Koyama.
Takahisa menjelaskan semuanya bahwa Yuya telah membuat musim salju abadi. Mereka butuh Yuya untuk mengembalikan musim panas. Mendengar kata musim panas, mata Koyama berbinar binar.
"Musim panas? Aku suka musim panas!''
"Memangnya kau pernah melihat musim panas?'' Tanya Shige.
"Belum. Tapi aku membayangkan di musim panas bunga bunga bermekaran, ramai orang pergi ke pantai. Dan sebagainya. Oh aku ingin merasakan musim panas. Jika bisa itu benar benar unik karena ada hal musim dingin di tengah musim panas. Yaitu, diriku''
Koyama lalu bernyanyi tentang kegembiraan musim panas.
Shige dan Takahisa hanya berpandangan. Mereka punya pikiran sama bahwa pasti Koyama akan meleleh di musim panas.
***
Perjalanan di lanjutkan kembali. Kali ini bersama Koyama. Mereka berjalan pelan untuk menghindari kristal kristal es tajam. Yuya pasti membuat semua ini agar tidak ada yang bisa ke tempatnya.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan setelah bertemu dengan kakakmu?'' Tanya Shige.
"Aku akan berbicara kepadanya''
"Kita jauh jauh datang kemari dan kau hanya berbicara padanya?! Kau gila! Ia bisa melukaimu nanti''
Shige tidak puas dengan jawaban Takahisa. Tapi Takahisa membalasnya dengan senyuman lembut.
"Tidak mungkin. Dia adalah kakakku. Ia tak mungkin melukaiku''
"Teman teman! Lihat disana!'' Seru Koyama sambil menunjuk ke arah jembatan es yang membentang indah. Dan juga sebuah istana es yang megah dan mewah berdiri dengan kokoh di sebrang jembatan jurang yang membatasi mereka.
Sementara itu di kerajaan chankapaana.
Kerajaan chankapaana sudah diselimuti salju yang cukup tebal karena musim dingin yang hebat itu. Mereka semua membutuhkan kayu bakar untuk pemanas ruangan, syal, dan jaket untuk membuat mereka tetap hangat. Seharusnya saat itu adalah musim panas. Tapi semuanya berbanding terbalik dengan apa yang Seharusnya terjadi.
"Tolong bagikan syal pada siapa yang membutuhkan'' perintah Ryoko pada pelayannya. Ia juga benar benar sibuk saat ini.
"Tuan, kerajaan menyiapkan sup hangat untuk anda. Silahkan masuk, istana selalu terbuka'' kata Ryoko pada seorang laki2 tua.
Tamu kerajaan yang masih tinggal di istana ikut berkeliling keluar termasuk Ryo dan 2 pengawalnya.
"Uuhh dingin sekali. Aku rasa raja akan menghancurkan tempat ini. Kenapa kau diam saja dan hanya membagikan alat penghangat pada rakyat sini?''
Ryoko dengan sabar menanggapi omongan raja Ryo.
"Pangeran Masuda telah memberiku perintah. Jadi aku harus melaksanakannya dengan baik.''
"Kau tidak tahu jika pangeran bersekongkol dengan penyihir berbahaya itu?!''
"Jangan katakan hal yang buruk soal pangeran!''
Ryoko memotong ucapan Ryo dengan agak marah.
"Aku akan melindungi kerajaan ini dan tidak akan segan segan menghukum orang yang telah berkhianat!''
Ryo terkesiap. Niatnya memang ingin merampas sesuatu yang berharga dari kerajaan chankapaana ini.
Tiba tiba kuda yang tadi dinaikki Takahisa untuk mencari Yuya ternyata berlari melarikan diri kembali ke chankapaana dengan liar. Ryoko yang melihat itu langsung panik dan berusaha menenangkan kuda itu. Sekarang juga ia akan menyusul Takahisa ke arah pegunungan utara.
"Aku butuh beberapa sukarelawan!''
Ryoko berteriak meminta bantuan.
"Kuberi 2 pengawalku!''
Ryo membalasnya dengan lantang. Sambil berbisik kepada 2 pengawalnya.
"Habisi raja bersama musim dingin ini!''
***
Mereka telah sampai di depan pintu istana. Tapi Yamapi di suruh menunggu di sebrang jembatan oleh Shige. Takahisa memberanikan diri untuk masuk ke dalam.
"Oke. Aku akan masuk.''
"Boleh aku ikut masuk?'' Tanya Koyama.
"Tidak. Kalian jangan masuk. Terakhir aku memperkenalkan seseorang padanya, ia langsung membekukan seluruh istana''
"Ayolah. Aku ingin melihat kedalam istana mewah ini'' pinta Koyama tidak mengerti.
"Tidak bisa Koyama. Aku butuh waktu berdua dengan kakakku. Sebentar saja, ok?''
"Sudahlah Koyama, kita tunggu disini dulu'' kata Shige.
"Uuuhh baiklah. Aku akan berhitung saja. 1 2 3 4...''
Takahisa masuk ke dalam istana itu. Ia terkagum-kagum dengan interior kristal alami. Sejujurnya ia sangat bangga dengan kemampuan kakaknya.
"Tegoshi! Tegoshi! Ini aku, Massu! Ayo keluarlah...''
Di balik pilar, yuya yang mengenakan baju yang dilapisi es muncul dan sedikit kaget melihat Takahisa yang berhasil menuju ke tempatnya. Begitu pula Takahisa, ia tak kalah kagetnya melihat yuya.
"Wow.... kau benar benar berbeda. Dan, tempat ini, sungguh luar biasa''
Yuya tersenyum bangga mendengarnya.
"Terima kasih. Sekarang, aku mengerti bagaimana kemampuanku''
Takahisa menaiki tangga kristal yang sedari tadi ia kagumi. Rasanya seperti kristal mahal.
"Dengar, aku minta maaf, waktu itu...''
"Tidak kau tak perlu minta maaf. Tapi kau harus pergi'' kata Yuya sambil menggelengkan kepalanya. Dengan kecewa Takahisa menatap Yuya.
"Tapi aku baru saja sampai''
"Kau Seharusnya berada di kerajaan...''
"Begitu pula kau...''
"Tidak, Massu. Disini tempatku. Sendirian. Tapi aku bebas melakukan apapun tanpa melukai siapapun''
"57 58 59 60....''
Yuya tercengang. Ia bingung mendengar suara yang asing di telinganya.
"Siapa itu?'
Koyama membuka lebar pintu istana dan masuk sambil melompat kegirangan.
"Hai, aku Koyama. Dan aku suka pelukan hangat''
Mata indah Yuya membulat.
"Koyama?''
"Kau yang membuatku. Apakah kau ingat itu?''
"Ini sama seperti yang kita buat dahulu''
Yuya menatap kedua tangannya dengan tatapan tak percaya. Ia tak menyangka kekuatannya benar benar semakin berkembang selama hidupnya.
"Dulu, kita sangat akrab. Aku harap kita bisa seperti itu lagi'' kata Takahisa.
Yuya teringat saat saat ia melukai Takahisa secara tak sengaja lagi. Walaupun sudah lama, tapi ia masih ingat dengan jelas. Ia harus meminta Takahisa untuk pergi. Ia berlari menuju lantai 2. Takahisa juga ikut mengejarnya.
"Pergilah, Massu! Aku hanya ingin melindungimu''
"Aku tak butuh perlindungan! Aku bukan orang yang lemah. Tolong jangan menjaga jarak antara kita! Kita bisa selesaikan ini bersama!'' Teriak Takahisa.
"Kembalilah! Tempatmu bukan disini!''
"Tempatmu juga bukan disini! Kerajaan membutuhkanmu! Kau Sendirian kau butuh teman!''
"Aku memang Sendirian. Tapi aku bebas. Menjauhlah dariku, maka kau aman!''
"Sebenarnya tidak''
"Apa maksudmu tidak?!''
"Kau tahu, kerajaan tertutup salju yang sangat sangat sangat dalam...''
"Apa?'' Yuya membelalakkan matanya kaget. Agak takut, Takahisa mencoba menjelaskan semua yang terjadi.
"Kau menciptakan musim dingin abadi dimana mana. Tapi tidak apa apa. Kau bisa mengatasinya''
"Bagaimana bisa? Aku bahkan tidak tahu caranya''
Yuya benar benar khawatir sekarang.
"Aku yakin kau bisa''
"Pergilah Massu!'' Yuya emosi. Kepalanya hampir pecah memikirkan masalah yang telah diperbuatnya. Takahisa terus saja menyahut tanpa peduli amukan Yuya sedikitpun. Ia tak gentar walaupun badai mulai terbentuk seiring amarah Yuya.
"Massu, cepat pergi! Kau tidak aman disini!'' Yuya juga berusaha menyuruh untuk menjauh dari dirinya.
"Tegoshi, kumohon kembalilah. Kembalikan musim panas kerajaan chankapaana!''
"AKU TIDAK BISA!!"
Tepat saat Yuya berteriak, kekuatannya yang luar biasa memancar keluar menyerang apapun yang di dekatnya. Termasuk Takahisa. Takahisa tak sempat menghindar sehingga ia harus menahan sakit yang hebat di dadanya dan jatuh terduduk.
"Ughhh....''
Yuya berbalik badan dan terkejut melihat Takahisa yang sedang kesakitan.
Tiba tiba Shige masuk tanpa permisi dan terasa asing bagi Yuya.
"Kau tidak apa2?'' Takahisa mengangguk pelan.
"Tunggu, siapa dia? Itu tidak penting. Sekarang, kalian harus Pergi dari sini!'' Yuya merasa takut dengan orang yang tidak dikenalnya.
"Aku tidak akan pergi sebelum kau mau ikut aku ke chankapaana dan kembalikan musim panas'' kata Takahisa berusaha bangkit.
"Bagaimana caranya? Aku bahkan tidak tahu caranya menggunakan kekuatanku untuk itu? Cepat sana pergi!''
"Aku tak akan pergi!''
"Ya, kau harus pergi sekarang''
Yuya menembakkan kekuatannya ke lantai dan membentuk sebuah monster salju raksasa. Koyama, Shige dan Takahisa menganga lebar melihat monster salju bernama marshmallow itu.
Marshmallow menenteng mereka bertiga dan melemparnya keluar istana.
"Sana pulang!''
"Hei kembalikan badanku juga!''
Marshmallow melempar tubuh Koyama yang terpisah itu.
"Ah anak pintar''
Takahisa geram karena monster itu seenaknya melemparnya keluar dengan kasar.
"Kau tidak sopan ya! Melemparku keluar seperti ini sungguh tidak bisa dimaafkan! Ggrrrrhhh awas kau...''
"Sssttt tenang tenang sekarang, ayo kita pergi.'' Shige mencoba menenangkan Takahisa yang sedang kesal.
"Aku tak bisa tenang! Monster itu sangat menyebalkan!''
"Tapi jika kau terus seperti ini sampai membuat dia marah bagaimana?''
"Oke baik aku tenang...''
"Bagus, ayo pulang!''
"Tapi, RASAKAN INI MONSTER JELEK! HHHIIAAAAHHHHH...."
Takahisa melempar bola salju ke arah Marshmallow. Saat bola salju mengenai Marshmallow, Marshmallow benar benar marah.
"Lihat, sekarang, kau membuatnya marah''
Marshmallow langsung mengejar mereka.
Namun Koyama tertinggal karena tubuhnya masih terpisah.
"Hei badanku! Tunggu!''
***
Shige dan Takahisa terus berlari dari kejaran Marshmallow yang mengamuk akibat lemparan bola salju Takahisa. Mencoba untuk melawan marshmallow, Takahisa menarik salah satu pohon cemara dan akhirnya berhasil membuat Marshmallow terpental dan jatuh berbaring.
"Yeeeyyy aku berhasil melawan marshmallow!'' Seru Takahisa bangga. Shige juga tersenyum bangga.
Namun tiba tiba jalan mereka terputus.
"Oh tidak. Jurang ini dalam sekali'' kata Takahisa.
Shige mengikatkan tali ke pinggang Takahisa.
"Awww! Apa yang akan kita lakukan, Shige?''
"Aku gali disini untuk mengaitkan tali dan dalam hitungan ketiga kita melompat. Jangan khawatir di bawah saljunya tebal. Apabila jatuh terasa jatuh diatas bantal. Oke satu....''
Jelas Shige.
"Baik baik kita akan melompat. Sudah lama aku ingin menikmati musim panas tapi, Tegoshi! Grrhh Tegoshi, kenapa kau tidak punya kekuatan tropis atau apa lah asal Jangan seperti ini...'' Takahisa terus mengoceh tidak Jelas karena kesal kepada Yuya.
"Dua....''
Shige memberi aba2 selanjutnya. Tiba tiba pohon cemara besar terpental dari tengah hutan. Mereka yakin itu marshmallow yang melemparnya. Karena itu Takahisa langsung melompat dan menghitung seenaknya. Padahal Shige belum siap melompat.
"Tiga! Kita lompat!!''
"Hah? Apa? Wuuooooww!!'' Shige juga ikut melompat kebawah Karena kaget.
Dari balik pepohonan ada Koyama dengan badan tidak beraturan. Segera ia membetulkan susunan badannya seperti semula.
"Hei Massu! Yamapi! Kalian semua berhasil lari dari marshmallow kah?'' Teriak Koyama.
Tiba Tiba marshmallow datang. Koyama berusaha mencegahnya untuk berhenti mengejar, tapi ia malah terlempar dan jatuh ke bawah Jurang.
"Hah? Koyama!!'' Teriak Takahisa.
"Berjuanglah kawan!'' Teriak Koyama lagi.
"Ayo Shige lebih cepat turunnya'' kata Takahisa.
Tapi tiba tiba tali mereka perlahan naik ke atas lagi. Shige dan Takahisa begitu panik mencoba melepas tali itu dari pinggang mereka.
Diatas, mereka dikejutkan oleh Marshmallow lagi.
"Jangan pernah kembali!!''
"Kami tidak akan!'' Takahisa terpaksa memotong tali itu dengan pisau yang ia bawa. Alhasil mereka pun terjun ke bawah dengan mulusnya.
***
Bruk!
"Shige, kau benar, memang seperti jatuh Diatas bantal''
"Aku tak bisa merasakan kakiku! Aku tak bisa merasakan kakiku!'' Seru Koyama sambil memegang sepatu boot besar. Namun kemudian Shige bangun dari jatuhnya.
"Tenang Koyama, itu kakiku. Oh itu dia kakimu'' Shige menangkap badan Koyama dan memasangkan Kepala Koyama dengan benar.
"Yamapi! Kau selamat! Ooh kau adalah rusa yang lucu'' Koyama memeluk Yamapi dengan gemas.
Shige lalu membantu Takahisa untuk berdiri.
"Terima kasih. Hhuuff benar benar melelahkan'' kata Takahisa sambil mengibaskan bajunya yang penuh salju.
"Eh Shige, kau tidak apa2 kan? Kepalamu sakit kah?''
"Aww... ya aku tidak apa2. Hanya tengkorakku sakit''
"Aku tak punya tengkorak... atau tulang'' koyama tiba tiba menyambung perbincangan mereka.
"Emmm bagaimana tadi kau sudah berhasil membujuk kakakmu?''
"Oh tidak... bagaimana bisa aku lari darinya. Aku tak bisa kembali ke chankapaana dengan cuaca masih seperti ini!'' Takahisa sangat panik.
"Tenanglah. Jangan khawatirkan itu dulu. Khawatirkanlah rambutmu''
"Apa? Kita baru saja jatuh. Wajar jika rambutku berantakan''
"Rambutmu memutih...''
Shige memberikan cermin ke Takahisa.
"Oh mungkin ini... apa?'' Ia kaget melihat rambutnya mulai memutih sebagian seperti es. Pikirnya itu adalah perbuatan Yuya tadi.
"Akankah ini menjadi buruk?'' Tanya Takahisa mulai panik.
"Mmm... tidak begitu jika kau ikut denganku. Aku punya kawan yang mungkin bisa menyembuhkanmu'' kata Shige.
"Kita akan kemana?'' Tanya koyama polos.
"Kita akan ke seorang yang menjadi pakar cinta itu'' kata Shige.
"Pakar cinta? Kau tahu, aku juga pakar cinta'' kata koyama.
Mereka semua pergi meninggalkan dasar tebing yang penuh salju itu menuju ke tempat yang dimaksud Shige.
ahahahaha..this is interesting! please continue this fic >_<
BalasHapusUdh dilanjutin silahkan liat
BalasHapus